30 Aug 2014

LPDP: Ketika Ridho Orang Tua Menentukan

Ridho orang tua memang salah satu hal yang sangat menentukan bagaimana sebagian besar jalan hidup saya terjadi! Begitu pun dengan kisah perburuan beasiswa yang saya lakukan. Saya tidak akan bercerita panjang lebar tentang apa yang saya alami, karena kisah ini bukanlah kisah yang memiliki 'happy ending', tapi semoga dapat menyadarkan kita semua akan satu faktor yang sangat menentukan jalan yang akan kita tapaki di kemudian hari.

Lanjut Kuliah?
Sebelum berkeinginan untuk melanjutkan kuliah, saya hanya ingin bersyukur karena saya mampu menyelesaikan pendidikan S1 saya karena saya tergolong orang yang (karena kondisi tak terduga saat itu) tidak mampu untuk bersekolah tinggi, bahkan saya hampir saja tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang menengah pertama, tetapi terima kasih pada kedua orang tua saya yang mampu menjadi orang tua hebat sehingga sampai sekarang saya dapat mengenyam pendidikan yang layak :) Banyak sekali drama tersembunyi dalam perjalanan pendidikan saya yang mana belum siap saya sampaikan :D
Selepas S1 saya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi, saya tidak punya pangkat untuk menjadikan suara saya didengar, karena lingkungan saya bukan lingkungan yang mau mendengarkan apa KONTEN dari ucapan saya, namun SIAPA saya. Saya tidak mempunyai kekuatan untuk merubah segala sesuatu yang sudah ada, yang saya mampu adalah mengamalkan ilmu yang saya miliki di bidang pendidikan untuk membantu mendidik mereka yang membutuhkan. Sepertinya "undzur ma qola wa laa tandzur man qola" belum berlaku di sini :)

LPDP?
Bermodal keinginan simple untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, saya pun mencoba mendaftar beasiswa LPDP. Saat itu informasi tentang LPDP masih sedikit dan alhamdulillah website LPDP sendiri sudah sangat membantu untuk mengikuti prosesnya. Saya pun mendaftar tanpa kendala dan orang tua saya saat itu mendukung apa yang saya lakukan.
Alhamdulillah, saya pun mendapatkan email yang berisi daftar nama yang lolos seleksi administrasi. Saya pun menghubungi orang tua saya yang berada di pulau seberang bahwa saya lolos seleksi ini. Saya pun bersiap untuk mengikuti seleksi wawancara yang saat itu dilaksanakan di Unair (karena saya memilih Surabaya sebagai lokasi wawancara saya). 

Beberapa Hari sebelum Seleksi Lanjutan
Kira-kira kurang dari seminggu sebelum seleksi wawancara dan LGD berlangsung, saya mendapatkan telepon dari Ibu. Entah kenapa Ibu tiba-tiba berkata, "Lanjut kuliahnya gak bisa tahun depan aja ta, Kak?" Saya bingung dan terdiam, jelas bertanya-tanya kenapa Ibu tiba-tiba berubah pikiran untuk mendukung penuh keputusan saya sebelumnya. Saya hanya menjawab dan meminta ijin untuk tetap mengikuti seleksi wawancara LPDP gelombang ini, dan Ibu hanya berkata ringan, "iya."
Pada saat itu memang ada sesuatu yang benar-benar membuat saya untuk tetap berada di tanah air bersama saudara saya satu-satunya. 


Ketika Ridho Allah merupakan Ridho Ayah dan Ibu
Di hari berlangsungnya seleksi, saya mendapatkan giliran untuk melakukan LGD terlebih dahulu. Sampai tahap ini, saya masih merasa segalanya berjalan dengan lancar. Hari selanjutnya adalah hari untuk melakukan seleksi wawancara di mana saya mulai menemukan banyak kendala. Saya sudah dengan sangat berhati-hati untuk make sure kalau besok akan berjalan dengan lancar juga. Saya mendapatkan giliran di siang hari dan bertanya pada panitia apakah saya bisa datang sekitar 2-3 jam sebelum jadwal saya karena saya masih harus mengajar, dan mereka pun mengatakan dua jam sebelum jadwal yang ditentukan saya sudah harus berada di lokasi. Keesokan harinya, saya benar-benar tiba di lokasi 2.5 jam sebelum jadwal saya, namun yang saya dapati adalah tidak ada lagi peserta seleksi yang mengantri di luar ruang seleksi saya :) Yaa Allah, kok gini? *runtuk dalam hati* 
Saya pun bertanya pada peserta yang mengantri di luar ruangan sebelah, dan mereka mengatakan bahwa memang yang di ruangan saya sudah selesai semua tetapi interviewernya belum terlihat meninggalkan ruangan. Saat itu juga salah satu interviewer keluar ruangan (sepertinya psikolognya), dan saya bertanya apa masih bisa melakukan seleksi, saya pun dipersilahkan masuk. 
Dalam ruangan wawancara, belum sempat saya duduk, saya sudah dilemparkan sebuah pertanyaan yang menohok oleh salah satu interviewernya, "Gak niat ya?" hehe itu makjleb sih waktu itu, tapi saya berusaha tenang dan menjalani proses wawancara yang kurang menyenangkan (karena interviewernya tampak ingin segera mengakhiri proses itu). Selepas wawancara, saya pun merasa saya sudah tahu hasilnya :) 

Pengumuman

Alhamdulillah, ternyata saya benar-benar tidak lolos seleksi wawancara saat itu :) 

Sebaik apapun persiapan yang saya lakukan, ada faktor lain yang mampu mengubah segalanya dalam sekejap. Dalam hal ini, saya pun sangat sadar kalau ridho Ibu yang tidak diberikan saat itu sangatlah berpengaruh pada segala sesuatu yang terjadi dalam proses yang saya jalani. Pesan saya, jangan pernah mengesampingkan ridho Ayah dan Ibu, memang kita harus terus berusaha, namun ridho mereka sangatlah penting (selama itu semua tidak melanggar apa yang diperintahkan oleh Allah SWT). Memang, pelajaran yang datang dari kegagalan terkadang tidak mudah untuk diterima dan dipahami, namun, pasti ada sesuatu yang harus kita lalui sebelum mendapatkan sesuatu yang berharga. Semoga di tulisan selanjutnya saya sudah mampu menghadirkan akhir yang saya harapkan :) 


10 Jul 2014

Perburuan LoA (Letter of Acceptance)

Letter of Acceptance atau yang sering disingkat dengan LoA adalah surat sakti yang diberikan universitas tujuan sebagai kunci memasuki universitas tersebut. Terkadang, LoA juga bisa digantikan dengan Letter of Offer atau LoO, keduanya memiliki fungsi yang sama, kunci awal memulai perkuliahan di universitas yang kita tuju.
Sebelum mendapatkan LoA, ada beberapa langkah yang sebaiknya kita lakukan. Well, rinciannya bisa dilihat dibawah ini :D

Menentukan Universitas Tujuan
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum berburu LoA pastinya menentukan universitas tujuan. Satu hal yang terpenting, lakukan pencarian mendetail tentang universitas yang akan kita tuju. Mungkin ranking universitas memang sangat bagus, tapi apakah begitu juga dengan jurusan yang akan kita ambil nantinya?
Menentukan dan mencari tahu tentang jurusan dan bidang studi yang diminati sangatlah penting sebelum memasukkan aplikasi. Pasti gak pengen donk nantinya kuliah di jurusan yang kurang pas dengan minat kita :)

Mempersiapkan Dokumen yang Dibutuhkan
Nah! Fungsi dari mencari tahu tentang universitas itu salah satunya mengetahui persyaratan yang diminta oleh universitas tersebut. Dokumen apa saja sih yang dibutuhkan? Waktu itu saya mendaftar di salah satu universitas di UK, jadi mohon maaf kalau hanya bisa menjelaskan tentang dokumen yang dibutuhkan untuk universitas di UK :)
Pertama, ijazah dan transkrip. Karena mendaftar di universitas luar negeri, pastinya kita harus melampirkan dokumen yang sudah melalui proses alih bahasa terlebih dahulu. Saat ini sudah banyak kok penerjemah tersumpah yang bisa digunakan jasanya untuk melakukan translasi :) Pastikan juga lihat ketentuan berapa IPK yang dibutuhkan yaa :)
Kedua, surat rekomendasi. Biasanya, universitas meminta dua jenis surat rekomendasi, satu dari pihak universitas, satu lagi dari tempat kita bekerja. Namun, hal tersebut tidaklah mutlak, jadi boleh kok melampirkan dua surat rekomendasi dari universitas. Make sure yang memberikan rekomendasi merupakan orang yang benar-benar mengenal kita dengan baik ya, karena terkadang pihak univ akan menghubungi mereka untuk melakukan konfirmasi :)
Ketiga, personal statement. Nah! Ini saatnya kita unjuk gigi. Personal statement adalah salah satu tempat di mana kita bisa membicarakan segala hal tentang diri kita. Namun, jangan terlalu show off ya, bisa-bisa pihak univ malah capek bacanya :p Eits, biasanya sih ada ketentuan jumlah kata maksimal yang diperbolehkan. Rata-rata univ meminta personal statement sepanjang 300 kata. Dikit banget ya buat ceritain gimana diri kita? Iya banget! Tapi memang itulah tujuannya, jadi gimana cara kita bisa manage apa yang ingin kita sampaikan dalam sebuah tulisan pendek. Kurang lebih sih 50 persen dari tulisan kita berisi alasan kita memilih univ tersebut dan tunjukkan kalau kita sudah benar-benar kenal dengan univ melalui beberapa research yang sudah kita lakukan. 30 persennya kita bisa menceritakan tujuan kita dan bagaimana kuliah di univ tersebut dapat membantu kita untuk mewujudkan tujuan itu. Sisanya, kita bisa bercerita tentang diri kita, kegiatan kita, bahkan hobi yang kita minati, semacam pembicaraan casual untuk memperkenalkan diri.
Keempat, sertifikat kemampuan bahasa. Karena kita mendaftar di universitas yang tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai medium of instruction, kita wajib donk melampirkan seberapa tingkat kemampuan bahasa asing kita untuk dapat mengikuti pembelajaran di sana. Biasanya IELTS dan TOEFL yang dijadikan patokan oleh beberapa universitas.

Mendapatkan LoA
Nah, kalau pihak universitas sudah menyatakan kita pantas untuk belajar di sana, kita akan diberikan Letter of Acceptance/Offer. Ada dua jenis LoA yang biasanya diberikan kepada calon mahasiswa. Yang pertama adalah unconditional LoA, kalau kita sudah mendapatkan ini, berarti tidak ada persyaratan lain yang harus kita penuhi, alias kita sudah diterima :) Yang kedua adalah conditional LoA, nah, yang satu ini berarti ada salah satu persyaratan yang belum kita penuhi ketika mendaftar, biasanya univ memberikan waktu bagi penerima LoA jenis ini untuk melengkapi dokumennya. Kebanyakan penerima conditional LoA memiliki kendala pada sertifikat bahasanya.

Well, kurang lebih itu sih yang harus kita perhatikan ketika akan mendaftar di universitas luar negeri. Stay Positive yaaa!
Cheers!

30 May 2014

Indonesian VS English Proverb [English Version]



Proverb, or known as “Peribahasa” in Bahasa Indonesia, often learned at school. However, a language should be learned along with its culture. Culture has a big influence on the use of language itself, as well as the use of proverb.
In Indonesia, learning Indonesian proverb is a common thing. However, is learning English proverb as simple as translating Indonesian to English proverb? No, it is not. The difference between our country (Indonesia) with the English speaking country really affects the proverb used. Let’s see the following examples J

Nasi sudah menjadi bubur
This proverb means “The mistakes or things that have done cannot be changed so do not be upset and let it be.” It is often used by Indonesian people. If we want to use it in English, we cannot simply translate it into English. If we keep trying to change it, more or less it will become “Rice has become porridge.” -____-
            Actually, there is an English proverb which has similar meaning, that is "Don't cry over the spilled milk" (Jangan menangisi susu yang sudah tumpah). Of course, this difference is affected by the culture (the staple food of Indonesian people is rice and mostly, western people drink milk and eat bread, they do not eat rice).

Other examples: 

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya = Like father like son
Karena nila setitik rusak susu sebelanga = Rotten apple spoils the whole barrel
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian = Nothing ventured nothing gained (no pain no gain)
Diberi hati, minta jantung = Give someone an inch and he'll take a mile
Air susu dibalas dengan air tuba = Bite the hand that feeds you
Therefore, learning a language along with its culture is really important J

2 Feb 2014

Wanderlust: The Amazing Mount Bromo


Mount Bromo is an active volcano located in East Java. This mountain is not the biggest one yet amazing. The Mount Bromo is not only well-known among local people, but also among International tourist. There are some spots in Mount Bromo that can be visited. However, we cannot drive our car if it's not supported by 4WD system. We don't need to worry about it since there are many Land Cruisers being rented to take you everywhere around the site.
I went there around January and it is really cloudy. I visited Penanjakan where I (should) see the sunrise yet it was really cloudy and I found nothing. Next stop is Mount Batok, Sea of Sand (Segara Wedi) and Savannah. Fortunately I can enjoy all of them. 

Not too far from the Mount Bromo, we can see a small temple where the Hindus praying. Most of the people around this mountain are Hindu and belong to a tribe called "Tengger". This tribe is still doing several cultural ritual as a part of their life. The biggest ritual is Kasadha (the tenth) where the people will throw some agricultural products to the crater. It is said that this ritual has been done ages since Roro Anteng and Joko Seger (the ancestors) made a promise to sacrifice one of their children to Mount Bromo. Their names are also the where the name Tengger was inferred. To commemorate this phenomenon, nowadays, Tengger people are still doing this ritual.

20 Jan 2014

Daun yang Jatuh tak pernah Membenci Angin

Sebuah novel fiksi dengan genre yang cukup umum sebenarnya. Entah kenapa tertarik untuk membelinya. Awalnya, melihat judulnya saja saya berasumsi kalau novel ini berisi tentang keikhlasan (karena sang daun jatuh mungkin karena terhempas oleh angin, namun tak membencinya). Yah, itu hanya anggapanku saja :) 
Setelah sampai di rumah, saya pun mulai membaca buku ini. Seperti biasa, di lembar-lembar awal sebuah novel, penulis berusaha memperkenalkan beberapa peran yang muncul satu per satu dalam novel. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis kecil bernama Tania yang hidup di sebuah rumah kardus bersama Dedi (adiknya) dan juga ibunya. Mereka hidup di bantaran kali karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Kakak beradik ini bekerja sebagai pengamen. Mereka pun turun dan naik dari satu bus ke bus lainnya untuk mengamen. Lembar-lembar selanjutnya berisi kebetulan-kebetulan yang mungkin hanya akan terjadi di sebuah novel atau dongeng. Maaf, sepertinya saya tampak kurang antusias dalam memberikan informasi tentang novel ini :p Mereka bertemu seorang kakak baik hati yang bernama Adi yang selanjutnya akan selalu ada dalam kehidupan mereka. 

Sejujurnya, akhir cerita novel ini mudah tertebak dan saya agak kurang sabar ketika membaca lembar demi lembar novel ini. Awalnya saya berharap tokoh utamanya hancur :p agak jahat memang, tapi dia sudah terlalu menderita -____- jadi saya berpendapat, sekalian saja dihancurkan. Namun, Tere Liye berhasil membuat twist dalam cerita tersebut (walaupun gak terlalu ngetwist sih). 

Semacam cerita Cinderella, Tania pun jatuh cinta pada Adi sejak ia masih kecil. Namun Adi sudah memiliki calon pendamping hidup bernama Ratna. Walaupun pada akhirnya, kisah yang terungkap benar-benar unexpected. Layaknya sedang streaming bola terus koneksi putus. zoooonk! Pas koneksi sudah terhubung kembali, udah gol aja. ahahah 
Semacam ingin sekali mengatakan "lho" pada ending buku ini. 
Well, ini spoiler yang sangat kurang menarik hehe. Silahkan dibaca sendiri yaa :) Lumayan kok untuk mengisi leisure time :)
Sayangnya buku saya yang ini sedang dipinjam dan belum kembali sampai yang pinjam sudah keluar kota --" haha, begitulah seninya meminjamkan buku. Semoga bermanfaat aja :) 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons