30 Jun 2016

Tidak Sulit Puasa 19 Jam di Inggris


Artikel dari Suara Surabaya


suarasurabaya.net - Navila Roslidah mahasiswa asal Kota Surabaya yang sedang menempuh studi strata dua Applied Linguistics for Language Teaching di University of Southampton, Inggris, menceritakan pengalamannya menjalani puasa di negeri tersebut.

Awalnya, Navila mengaku sangat antusias sekaligus khawatir setelah tahu kalau puasa di Southampton berdurasi hampir 19 jam atau lebih (berbeda daerah, berbeda lama puasanya). Bahkan, pada hari pertama puasa, dia harus berpuasa selama 19,5 jam karena pada saat itu dia sedang mengunjungi temannya yang berada di Kota Edinburgh, Skotlandia.

"Awalnya saya berpikir akan kesulitan karena belum terbiasa berpuasa selama itu. Namun setelah dijalani, puasa selama 19,5 jam tidak sesulit yang dibayangkan. Dimanapun kita berada saat ini, Allah pasti memberikan kemudahan bagi umatNya untuk beribadah. Selama ada niat, insya Allah ada jalan dan kemudahan," katanya dalam surat elektroniknya, Rabu (29/6/2016).

Menurutnya, selain karena tidak ada perlakuan khusus bagi orang Islam selama puasa, kegiatan tetap berjalan layaknya hari biasa dan suhu udara di sana membuat mereka tidak merasakan dahaga.

"Allah itu Maha Adil kan, negeri-negeri di mana penduduk muslimnya harus berpuasa selama itu adalah negeri-negeri yang memang mendukung masyarakat muslimnya untuk melaksanakannya. Mungkin puasa di Indonesia lebih berat hehe.. Kebetulan saya tinggal di Surabaya yang suhunya di atas 30 derajat, terkadang hampir 40 derajat," ujar Navila.https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEj7qhlmauUnz64pkwf1FW5w7g0ysFpm7B94qJb3ndJ2DlfwgZHERVRvt9QtsQ2sRieB3Zgd9LCZTPSD0sU6ycC-B5MmYyhVGCofYZKkb4jnSBmqVDsqdC8rvZzER_7XZhIbxD445dMIQaBfG_O-0lBs3db9wLlCYFvpn3aVGFqtGBUBuf5Ar74GfDxc9fyP-c7FzQHLbMQnVUU_bVGFp_b9L20RHSU=Pada Ramadhan kali ini, ada hal-hal baru yang dia temukan di Southampton. Teman-temannya yang sesama muslim yang berusaha menghidupkan suasana Ramadhan. Bersama beberapa teman internasional lainnya, dia sering melakukan iftar bersama di mushola atau masjid terdekat.

Uniknya, di masjid itu, tidak hanya takjil yang disuguhkan, namun juga tersaji makanan berat untuk berbuka puasa. "Karena banyaknya donatur yang antusias menyediakan makanan bagi teman-teman muslim di sini, terkadang kami pulang dengan makanan yang bisa kami nikmati sebagai santap sahur, semoga rejeki mereka barokah!" ujarnya.

Terkadang mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang tinggal di Inggris Raya merindukan masakan berbuka puasa khas Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengobati rasa rindu akan makanan dan suasana berbuka puasa ala keluarga Indonesia, mereka sering mengadakan buka bersama di kalangan masyarakat Indonesia. Teman non-muslim lainnya pun turut meramaikan acara bertema rindu kampung halaman tersebut.

"Saya menyempatkan diri untuk pergi ke luar kota, hanya untuk merasakan sahur bersama teman-teman, agar tidak sahur sendirian di dapur hall kampus. Bagaimana rasanya? Menyenangkan pastinya! Jauhnya kami dari tanah air dan keluarga, membuat hubungan kami di sini layaknya keluarga," ujarnya.

Waktu berbuka yang cukup larut, membuat umat muslim di sana juga hingga lewat tengah malam hingga tidak tidur karena sempitnya waktu antara berbuka dan sahur. "Biasanya, sholat tarawih akan berakhir sekitar pukul 00.30 atau 01.00 dini hari, setelah itu dilanjut santap sahur karena sekitar pukul 02.30 adzan subuh sudah berkumandang," kata Navila.

Oleh karena itu, salah satu tantangan berpuasa di sini adalah mengatur jam tidur dan kegiatan lainnya di kampus. "Kebetulan saya masih harus menghadiri kelas yang dimulai pagi hingga sore hari. Selain itu saya harus mulai mengerjakan tesis yang akan dikumpulkan di bulan September nanti. Terkadang rasa lapar tiba-tiba datang karena harus berpikir keras, hehe. Namun di situlah seninya," lanjut dia.

Selain berpuasa, Navila merasa Allah juga memberikan mereka kesempatan untuk berdakwah melalui respon teman-teman internasionalnya yang belum banyak bersentuhan dengan kebiasaan Islam.

"Mereka dengan detail menanyakan bagaimana puasa itu, mengapa kami umat Islam harus berpuasa, hingga pertanyaan tentang berjilbab dan shalat. Saya merasa beruntung karena dengan begini, kami yang jauh dari lingkungan masyarakat muslim dapat turut menyampaikan bagaimana Islam yang sebenarnya terlepas dari berbagai isu yang beredar di dunia luar," katanya.(iss/ipg)



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons