20 Nov 2016

Cita-citaku Menjadi Seorang Ultraman

Pada masih inget sama Ultraman gk nih? Angkatan 90-an harusnya pada nonton sih, yang masih "menangin" jaman di mana hari minggu adalah hari mager se-Indonesia bagi anak-anak. Namanya anak kecil ya, imajinasinya pasti kemana-mana. Nonton Power Rangers, eh, pengen jadi Power Rangers, biasanya setelah Minggunya nonton, Seninnya langsung rebutan sama temen sekelas buat jadi Ranger Merah (yang cowok) dan Ranger Pink (yang cewek). Entah kenapa aku dulu pengennya malah jadi Ranger Hitam wkwkwk. Jangankan Power Rangers, yang kepingin jadi Teletubbies juga ada, hahaha. Satu lagi pahlawan yang gak mungkin ketinggalan, Ultraman. Walaupun banyak versi, yang mungkin kami sendiri para anak kecil jaman itu gak hafal banget, yang jelas semua Ultraman pasti bakal jadi besar buat ngelawan si monster.

Sekian tahun berlalu, ternyata obrolan tentang para pahlawan masa kecil ini masih terjadi juga. Dan herannya, masih seru aja dibahas. Obrolan ini pun berlanjut sampai suatu hari membawa kami pada kesepakatan buat travelling ke tempat yang bisa bikin kita ngerasain jadi Ultraman. Hah? Ada gitu? Ada dong, ini bukan tempat di mana kita duduk di kursi simulator dan nonton screen yang besar buat lawan monster. Tapi tempat ini ada di dunia nyata yang dikasih nama "The Model Village."

Sebenernya tujuan dibangunnya Model Village ini bukan buat iseng ngerasain jadi Ultraman juga sih, ini kitanya aja yang agak gk jelas sepertinya. Akhirnya, di suatu Minggu yang sangat cerah (privilege banget dapet cahaya matahari di UK), kami berlima menyewa sebuah mobil untuk pergi ke Model Village tersebut. Sebelum mengunjungi Model Village di Bourton-on-the-water, kami mampir dulu ke sebuah desa yang dinobatkan sebagai desa terindah di England, Desa Bibury. Cerita tentang Bibury nanti dibikinin tulisan lain ya :) 

Sesampainya di Bourton, kami langsung menuju Model Village. Di sepanjang perjalanan di kota Bourton, tampak sekali kalau Bourton kotanya kecil, lucu, dan cantik. Bisa awet muda kayaknya kalo tinggal di sini. Penduduknya masih bisa interaksi sama bebek-bebek dan angsa di sungai, kuda, juga burung-burung liar. Tidak jauh dari pusat kota, sampailah kita ke Model Village. Parkirnya tidak susah dicari, tepat di pelataran Model Village. Seperti kebanyakan parkiran di UK, sistemnya Pay and Display (habis bayar, karcisnya ditaruh di atas dashboard mobil supaya terlihat dari luar). Per jamnya kalau tidak salah entah 50p atau 1 pounds, murah *terus kita cengengesan seneng. Tiket masuk ke Model Village juga murah, cuma 3.6 pounds, mungkin karena itu kartu pelajar kita sudah gk berlaku buat jadi kartu diskon lagi. Udah murah, masih minta diskon :p yah, demi travel hemat.

Engingeng, masuk di Model Village kami langsung berpencar dan melihat-lihat sekitar. Lucu aja bangunannya kecil-kecil tapi dibangunnya bener-bener serius. Material yang digunakan juga material bangunan beneran kayak rumah asli, atapnya, pohon, jembatan, semuanya. 
Salah satu rumah di Model Village
Credit: Arif
Oh iya, Model Village ini merupakan model dari kota Bourton itu sendiri. Tata letaknya pun dibuat sama persis, lucu deh. Setelah puas lihat-lihat dan jepret sana sini, salah dua teman kami yang cita-citanya dari dulu pengen jadi Ultraman minta difoto ala-ala Ultraman lawan monster. Beginilah akting mereka wkwkwk (kurang all out yak, gak sekalian pake kostum). 
Credit: Arif kali ya, lupa sapa yang motret :p
Gak mau kalah sama Ultraman, foto-foto ala raksasa juga dong. 
Credit: Arif
Wah, ini kalo kita masih kecil bakal seneng banget sih, sekarang aja udah heboh wkwkwk. 

Oh iya, untuk menuju ke sini memang gk bisa naik angkot (kendaraan umum), jadi harus bawa kendaraan sendiri. Cukup bangga bisa ke sini, karena ternyata gk terlalu banyak yg tau kalo tempat ini exist :p 

Yah, perjalanan singkat yang gak terlalu jauh dari Southampton menuju Bourton-on-the-water akhirnya dilanjutkan ke kota sebelah, Bath, yang ramenya bikin istighfar -_- yang jelas itu yang nyetir seharian udah seneng lah ya kesampean jadi Ultraman wkwkwk. Selamat! 

10 Nov 2016

Ingin Terlibat dalam Program Indonesia Mengajar? Yuk!

credit: Tim Komsos Indonesia Mengajar
Karena sering share info tentang Indonesia Mengajar dan rekrutmen Pengajar Muda, jadi banyak pertanyaan yang ditujukan ke saya: 
"Kamu dulu ditempatkan di Indonesia bagian mana? Dulu salah satu Pengajar Muda ya? Bagi info dong gmn caranya jadi Pengajar Muda?" Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang masuk ke inbox >.< 

Faktanya, saya ini bukan salah satu former Pengajar Muda :) Kebetulan saya hanya terlibat dalam komite sosialisasi rekrutmen Calon Pengajar Muda yang bertugas untuk mengajak teman-teman di seluruh Indonesia untuk tertarik menjadi Pengajar Muda selanjutnya. 
Lah, bukan Pengajar Muda kok malah ngajak-ngajakin orang buat jadi Pengajar Muda sih?
Ya karena saya belum berkesempatan untuk jadi Pengajar Muda, makanya ngajakin orang lain hehehe

Sudah dua periode ini saya terlibat dalam komite sosialisasi ini, pengalaman yang didapat apa aja? Waah, banyak. Di sini, saya dapat teman-teman baru yang beberapa dari mereka juga merupakan former Pengajar Muda. Selain itu, yang terlibat dalam komite ini ternyata (menurut saya) bukan orang-orang biasa yang sekedar iseng buat mengisi waktu. Hampir semua anggota komsos (begini biasanya komite sosialisasi disebut) merupakan orang-orang yang tertarik untuk menjadi relawan di bidang apapun. Mereka orang-orang yang aktif berkontribusi untuk Indonesia, baik dalam skala kecil ataupun besar, baik di tingkat daerah ataupun nasional. Nah, berkumpul dengan teman-teman kece begini pasti jadi trigger juga buat kita dong buat jadi orang yang "gak biasa" juga. 

Selain itu, teman-teman yang tergabung dalam komsos ini juga sebagian besar sudah pernah mengikuti program Indonesia Mengajar lainnya, seperti Rubi (Ruang Berbagi Ilmu), Kelas Inspirasi, Ruang Belajar, Indonesia Menyala, dan masih banyak lagi. Jika kita belum berkesempatan untuk menjadi Pengajar Muda, program Indonesia Mengajar lainnya juga patut kita coba, karena lebih fleksibel namun pengalaman yang didapat tentu tak ternilai. 

Saat ini, pendaftaran Calon Pengajar Muda ke XIV akan segera dibuka. Nah, buat yang tertarik untuk bergabung, segera kepoin semua akun Indonesia Mengajar di berbagai media sosial yaa, jangan lupa merujuk ke websitenya juga.
Instagram: @pengajarmuda
Twitter: @PengajarMuda
Website: https://indonesiamengajar.org/ 
Semoga beruntung :) 

28 Oct 2016

Tentang Bahasa Indonesia: dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda (?)


Sedikit cerita, jaman dulu Indonesia sempet galau juga buat nentukan bahasa nasionalnya apa! Jadi jaman dulu, sempet kepikiran buat jadiin Bahasa Belanda sebagai bahasa nasional, karena bahasa itu dipakai kaum elit Indonesia yang berhak mengenyam pendidikan pada jaman penjajahan. Namun, walaupun pada saat itu dianggap sebagai bahasa internasional, Bahasa Belanda belum punya peran yang setara dengan Bahasa Inggris atau Perancis yang mampu menjadi sarana komunikasi internasional, Bahasa Belanda pun urung menjadi bahasa nasional Indonesia.

Selain Bahasa Belanda, kandidat kuat lainnya adalah Bahasa Jawa. Kenapa Bahasa Jawa? Karena pada saat itu, suku Jawa merupakan suku dengan populasi terbesar (hampir 50% dari populasi Indonesia), selain itu, Bahasa Jawa memiliki budaya literatur yang sangat kaya. Namun, karena adanya social registers dengan completely different lexicon yang digunakan berdasarkan usia dan kelas sosial yang agak sulit dipelajari oleh suku lain, maka Bahasa Jawa pun gugur sebagai kandidat bahasa nasional. Jadi, kenapa Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu dipilih?

Pada saat itu, fakta menunjukkan bahwa kurang dari 5% masyarakat Indonesia yang menggunakan Bahasa Melayu. Namun, tidak seperti Bahasa Jawa, Bahasa Melayu lebih mudah dipelajari dan dipahami. Selain itu, persebaran Bahasa Melayu juga didukung oleh kegiatan perdagangan yang melalui berbagai pulau di seluruh Indonesia. Sebagian besar pedagang yang pada saat itu menyebarkan agama Islam dan Nasrani menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. 

Pada awal abad ke-19, Bahasa Melayu sudah mulai digunakan di instansi pemerintahan juga institusi pendidikan (walaupun hanya digunakan di tingkat dasar). Dengan digunakannya Bahasa Melayu di institusi pendidikan, masyarakat kalangan bawah di Indonesia mulai dapat merasakan pendidikan sebagai bekal dasar. Pada saat itu, Bahasa Melayu sudah dianggap sebagai bahasa nomor dua setelah Bahasa Belanda. Bersamaan dengan mulai meluasnya persebaran juga penggunaan Bahasa Melayu di Indonesia, beberapa surat kabar lokal sudah mulai menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Sejak saat itu, berbagai organisasi yang menggunakan Bahasa Melayu mulai bermunculan. Pada tahun 1926, seperti yang kita tahu, Kongres Pemuda pertama diadakan di Jakarta (yang saat itu masih bernama Batavia). Kesepakatan yang dicapai pada saat itu adalah kegiatan para pemuda di segi sosial, ekonomi, dan budaya. Selanjutnya, pada tahun 1928, Kongres Pemuda kedua pun diadakan. Kongres Pemuda kedua ini menghasilkan keputusan yang sampai saat ini kita kenal dengan istilah "Sumpah Pemuda."

Naskah Sumpah Pemuda

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia


Tidak hanya ikrar Sumpah Pemuda, lagu nasional Indonesia Raya serta istilah Bahasa Indonesia pun diperkenalkan pada kongres tersebut. Karena merasa terancam akan pertumbuhan Bahasa Indonesia, pada saat itu, pemerintah kolonial Belanda menghapuskan Bahasa Melayu dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah-sekolah di Pulau Jawa. Namun, menanggapi hal ini, para pemuda mengadakan Kongres Bahasa Indonesia pertama pada tahun 1938 untuk membahas keberlangsungan dan perkembangan Bahasa Indonesia. Perkembangan Bahasa Indonesia pun pada akhirnya tidak berhenti sampai di situ. Pada saat pendudukan Jepang, seketika, saat itu juga, penggunaan Bahasa Belanda pun dilarang dan digantikan oleh Bahasa Jepang. Namun, hal ini sangat sulit untuk direalisasikan mengingat waktu yang sangat singkat dan beberapa komponen Bahasa Jepang yang sangat sulit untuk dipelajari dalam kurun waktu tersebut. Akibatnya, hampir semua dokkumen dan materi pembelajaran yang ditulis dalam Bahasa Belanda diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (yang secara tidak langsung justru menguntungkan bangsa Indonesia).

Mengikuti kemerdekaan Republik Indonesia, Bahasa Indonesia pun siap menjadi bahasa nasional yang juga melambangkan kemandirian dan kebebasan bangsa Indonesia dari jajahan bangsa lainnya. Bahasa Indonesia yang hingga saat ini digunakan sebagai bahasa nasional juga bukan merupakan ancaman bagi bahasa daerah lainnya yang merupakan minoritas di Indonesia, karena status Bahasa Indonesia yang dapat dianggap sebagai bahasa kedua dari masyarakat Indonesia saat ini. Bahasa Indonesia merupakan pemersatu yang dipahami oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke. 

Tulisan ini merupakan hasil dari membaca beberapa artikel karya Sutan Takdir Alisjahbana (maaf reference-nya kurang proper, karena cuma pengen nulis aja, bukan bikin artikel ilmiah, hehe). Agar tulisan ini mudah dipahami, saya sengaja menghindari dan mengurangi pembahasan mengenai sintaksis, morfologi, etnografi, maupun antropologi bahasa. Enjoy :)

KIBAR (Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya)

Sekilas tentang KIBAR Autumn Gathering 2016 (Southampton, 22-23 Oktober 2016)

KIBAR adalah singkatan dari Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya. Setiap musim semi dan musim gugur, umat Muslim Indonesia di UK selalu mengadakan gathering dengan mendatangkan pembicara utama dari Indonesia serta beberapa pembicara lokal. Tidak hanya mendengarkan tausiyah dan tanya jawab, biasanya kita juga mengadakan bazaar jajanan, masakan, dan bumbu-bumbu khas Indonesia. Selain itu, ada KIBAR cup juga bagi yang suka kompetisi. KIBAR gak cuma buat teman-teman Muslim yang sudah berkeluarga atau para mahasiswa senior kok, karena tema acaranya pun cocok buat kita-kita yang masih muda. Diskusi tentang kuliah juga gak jarang terjadi. Selain itu, KIBAR Gathering juga merupakan tempat yang pas untuk memperluas jaringan kita karena kita akan bertemu banyak peserta baru setiap musimnya. Disamping itu, KIBAR juga bekerja sama dengan KBRI untuk memberikan layanan konsuler bagi teman-teman yang memiliki berbagai kepentingan seperti lapor diri, penggantian paspor, meminta surat kepindahan, dan lain sebagainya.

Untuk musim gugur kali ini, Southampton menjadi tuan rumah KIBAR Gathering yang diadakan selama dua hari (22-23 Oktober 2016). Sejujurnya, pada awalnya, kami merasa 'agak' keberatan dengan keputusan ini mengingat jumlah masyarakat Indonesia di Southampton yang tergolong sedikit. Alhamdulillah, ternyata dengan massa yang sedikit juga, kami berusaha mencoba untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi para peserta KIBAR Gathering. Terlepas dari beberapa kekurangan yang pasti ada, kami cukup bangga dengan kekeluargaan teman-teman Southampton yang luar biasa. Semua anggota PPI Southampton, baik teman-teman mahasiswa, juga bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah berkeluarga pun ikut berpartisipasi dalam persiapan menjelang acara KIBAR Gathering. Persiapannya mencakup banyak hal mulai dari persiapan lokasi acara, perlengkapan, konsumsi, acara, olahraga, tour, bazaar, madrasah bagi anak-anak, transportasi, dan lain sebagainya. Bahkan teman-teman yang non-Muslim pun antusias membantu berbagai persiapannya dan ikut meramaikan bazaar (terima kasih sudah beli banyak, hehe).

KIBAR Autumn Gathering kali ini mengundang Dr. Amir Faishol Fath, MA yang membahas tentang Islah dan Mashlahah: Menjadi Muslim yang produktif. Disamping itu, ada beberapa informasi mengenai Islamic Centre di UK dan program-program dakwah di UK. Mengingat lokasi Southampton yang berada di ujung selatan UK, jumlah peserta yang hadir benar-benar diluar ekspektasi (mbludak) hehe. Di satu sisi kami sangat senang, di sisi lain, kami deg-degan, bisa atau tidak ini menjamu kurang lebih 400 orang dengan kapasitas sumber daya manusia yang cukup sedikit. Alhamdulillah, secara umum acara berjalan lancar, walaupun pastinya ada beberapa kendala dan kekurangan kami. Beberapa hari kurang tidur dan lelah yang terbayarkan dengan pesan positif yang disampaikan oleh beberapa peserta yang berpamitan pulang, juga pesan singkat yang sampai ke kotak masuk kami. Sebagai salah satu panitia, saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman semua. Semoga kuliahnya lancar dan jangan kapok yaa kalau ada kegiatan besar lagi yang akan diadakan di Southampton. Kalian semua membanggakan :)
Tons of hugs :*

Alhamdulillah, Allah menggerakkan hati kita semua untuk bersilaturahim, menuntut ilmu, dan berbagi pengalaman. Paling tidak, ada beberapa kisah yang bisa menjadi cerita kelak di masa mendatang, dan ada kontribusi kecil dari kami yang bisa diberikan bagi masyarakat Indonesia di negeri yang asing ini :)

22 Sept 2016

Sehari di Brussels

Karena bermodal tiket murah, saya pun sampai di Brussels kepagian -_- semacam belum ada kehidupan di sana. Karena butuh menghangatkan diri dan mencari wifi (fakir wifi) untuk melihat tempat-tempat yang bisa dikunjungi dan opening hour nya, saya dan dua orang teman saya masuk ke stasiun. Mau ngeteh atau ngopi, belum ada warung yang buka, yasudahlah, untung masih ada cookies Sainsbury's yang dibawa haha.

Sudah agak siang dan tanda-tanda kehidupan sudah tampak, kami pun mulai berjalan keluar stasiun. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Grand Place dengan berharap akan mendapatkan view bangunan ala Eropa yang menarik di mana selalu ada ruang kosong di tengah, dikelilingi dengan bangunan berarsitektur khas. Sesampainya di Grand Place, kami mendapati banyak sekali scaffolding dan panggung dadakan di tengah area tersebut. Huft, agak kecewa karena sama sekali gak dapat spot yang oke buat difoto. Akhirnya kami pun duduk-duduk di sekitaran Grand Place sambil minum kopi dan makan croissant. Setelah itu, salah satu yang tidak boleh dilewatkan dari Belgia adalah waffle :D Kami bertiga beli waffle di sana, entah kenapa lebih doyan wafflenya Sprinkles, mungkin krn sudah makan croissant sebelumnya :( 

Nah, ada satu ikon Belgia yang sering muncul di kartu pos dan souvenir kota ini, yaitu "Manneken Pis" yang merupakan patung anak kecil sedang pipis hehe. Kami bertiga expect itu patung berukuran besar karena merupakan ikon kota ini, eh, lha kok? Kecil! -_- 

Setelah agak kecewa dengan Manneken Pis, kami pun berkeliling kota sebentar dan main-main dengan burung dara yang berkeliaran di sana. Kami juga sempat bermain di salah satu taman di Brussels yang sudah berbau autumn :) Selang beberapa saat, kami pun lapar dan mampir di sebuah restoran India di sekitaran Grand Place tadi. Masakan di Restoran ini enak dan halal, alhamdulillah. Untuk makan besar bertiga (sampe bisa dibungkus karena porsinya banyak) kami menghabiskan sekitar 40-45 euro. Alhamdulillah tidak mengecewakan. 

Setelah itu, kami berencana mengunjungi Atomium, salah satu bangunan yang cukup iconic di Brussels. Dari North Station, kami menggunakan trem menuju ke Atomium, kalau tidak salah, ke arah stasiun Esplanade. Saat kami memasuki underground stationnya Brussels, unexpectedly pesing banget :( kami bahkan mengira stasiun itu sudah tidak digunakan lagi dan sempat urung untuk melanjutkan langkah ke dalam. Namun, kami bertemu salah satu petugas dan bertanya lokasi loket atau mesin untuk membeli tiket, dan ternyata memang stasiun tersebut masih beroperasi. Duh!

Setelah membeli single ticket seharga 2.1 euro, kami pun menuju Atomium. Kok beli tiket yang single sih? Gak lebih mahal? Yah, yang single memang lebih mahal sih, eh! lol. Waktu itu, pertimbangan kami begini, mesin tiket hanya memberikan opsi single ticket atau one day ticket. Karena kami hanya butuh dua kali perjalanan, single ticket terasa lebih murah karena hanya membutuhkan 4.2 euro, sedangkan one day ticket saat itu 7 sekian euro. 

Dari semua tempat yang kami kunjungi, hanya Atomium yang tidak mengecewakan hehe. Setelah menghabiskan waktu untuk foto-foto dan sedikit tidur siang (yang gak disengaja) di sana, kami pun kembali ke North Station untuk melanjutkan perjalanan kami ke Belanda :) 

30 Aug 2016

Dirgahayu Indonesiaku, Berkibarlah Benderaku, from Southampton, with Love



credit: PPI Southampton
Walaupun agak sedikit terlambat, namun kemeriahan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Southampton sama sekali tidak berkurang. Dikarenakan cuaca yang kurang mendukung, kami, PPI Southampton tidak memungkinkan untuk merayakan 17 Agustus bertepatan pada tanggal yang seharusnya.

Acara pagi itu sangat meriah. Walaupun peringatan ini sangatlah sederhana, tanpa ada upacara serta petugasnya, bendera merah putih tetap berkibar di sini. Lagu kebangsaan tetap bergema dan semangat kemerdekaan tetap terasa. Persiapan di hari-hari sebelumnya, mulai dari persiapan pembuatan bendera-bendera kecil yang akan dikibarkan oleh masing-masing dari kami, garland untuk hiasan, makanan, persiapan peralatan lomba, dan lain sebagainya merupakan hal yang juga menguatkan rasa persatuan kami. 

credit: PPI Southampton
Pada perayaan tahun ini, para ibu-ibu di Southampton ikut berperan penting dalam permbuatan tumpeng juga kue ulang tahun untuk Indonesia. Selain itu, menu-menu yang disediakan benar-benar mampu mengobati kerinduan kami akan masakan khas tanah air yang memang pantas untuk dirindukan. 
credit: PPI Southampton
Para anggota PPI juga sudah menyiapkan beragam lomba, mulai dari lomba balap karung, tarik tambang, balap kelereng, sepak bola sarung, juga makan donat (karena tidak ada kerupuk yang biasa digunakan seperti di Indonesia, adapun harganya mahal sekaliii, hehe). Anak-anak, para pelajar, juga keluarga Indonesia di Southampton sangat bersemangat dalam mengikuti semua lomba. Karena acara diadakan di taman, ada beberapa warga lokal yang sangat tertarik dan seketika kami undang untuk bergabung. Mereka sangat menikmati makanan Indonesia yang kami sajikan. Tidak hanya tumpeng dan kue, kami juga membuat bakso dan kambing guling. 
credit: PPI Southampton
Walaupun jauh dari keluarga di Indonesia, kami selalu menemukan keluarga dalam setiap kebersamaan dengan warga Indonesia di sini. Home is where your heart is. It's not necessarily your house, because a house might not be a home :) 



30 Jun 2016

Tidak Sulit Puasa 19 Jam di Inggris


Artikel dari Suara Surabaya


suarasurabaya.net - Navila Roslidah mahasiswa asal Kota Surabaya yang sedang menempuh studi strata dua Applied Linguistics for Language Teaching di University of Southampton, Inggris, menceritakan pengalamannya menjalani puasa di negeri tersebut.

Awalnya, Navila mengaku sangat antusias sekaligus khawatir setelah tahu kalau puasa di Southampton berdurasi hampir 19 jam atau lebih (berbeda daerah, berbeda lama puasanya). Bahkan, pada hari pertama puasa, dia harus berpuasa selama 19,5 jam karena pada saat itu dia sedang mengunjungi temannya yang berada di Kota Edinburgh, Skotlandia.

"Awalnya saya berpikir akan kesulitan karena belum terbiasa berpuasa selama itu. Namun setelah dijalani, puasa selama 19,5 jam tidak sesulit yang dibayangkan. Dimanapun kita berada saat ini, Allah pasti memberikan kemudahan bagi umatNya untuk beribadah. Selama ada niat, insya Allah ada jalan dan kemudahan," katanya dalam surat elektroniknya, Rabu (29/6/2016).

Menurutnya, selain karena tidak ada perlakuan khusus bagi orang Islam selama puasa, kegiatan tetap berjalan layaknya hari biasa dan suhu udara di sana membuat mereka tidak merasakan dahaga.

"Allah itu Maha Adil kan, negeri-negeri di mana penduduk muslimnya harus berpuasa selama itu adalah negeri-negeri yang memang mendukung masyarakat muslimnya untuk melaksanakannya. Mungkin puasa di Indonesia lebih berat hehe.. Kebetulan saya tinggal di Surabaya yang suhunya di atas 30 derajat, terkadang hampir 40 derajat," ujar Navila.https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEj7qhlmauUnz64pkwf1FW5w7g0ysFpm7B94qJb3ndJ2DlfwgZHERVRvt9QtsQ2sRieB3Zgd9LCZTPSD0sU6ycC-B5MmYyhVGCofYZKkb4jnSBmqVDsqdC8rvZzER_7XZhIbxD445dMIQaBfG_O-0lBs3db9wLlCYFvpn3aVGFqtGBUBuf5Ar74GfDxc9fyP-c7FzQHLbMQnVUU_bVGFp_b9L20RHSU=Pada Ramadhan kali ini, ada hal-hal baru yang dia temukan di Southampton. Teman-temannya yang sesama muslim yang berusaha menghidupkan suasana Ramadhan. Bersama beberapa teman internasional lainnya, dia sering melakukan iftar bersama di mushola atau masjid terdekat.

Uniknya, di masjid itu, tidak hanya takjil yang disuguhkan, namun juga tersaji makanan berat untuk berbuka puasa. "Karena banyaknya donatur yang antusias menyediakan makanan bagi teman-teman muslim di sini, terkadang kami pulang dengan makanan yang bisa kami nikmati sebagai santap sahur, semoga rejeki mereka barokah!" ujarnya.

Terkadang mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang tinggal di Inggris Raya merindukan masakan berbuka puasa khas Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengobati rasa rindu akan makanan dan suasana berbuka puasa ala keluarga Indonesia, mereka sering mengadakan buka bersama di kalangan masyarakat Indonesia. Teman non-muslim lainnya pun turut meramaikan acara bertema rindu kampung halaman tersebut.

"Saya menyempatkan diri untuk pergi ke luar kota, hanya untuk merasakan sahur bersama teman-teman, agar tidak sahur sendirian di dapur hall kampus. Bagaimana rasanya? Menyenangkan pastinya! Jauhnya kami dari tanah air dan keluarga, membuat hubungan kami di sini layaknya keluarga," ujarnya.

Waktu berbuka yang cukup larut, membuat umat muslim di sana juga hingga lewat tengah malam hingga tidak tidur karena sempitnya waktu antara berbuka dan sahur. "Biasanya, sholat tarawih akan berakhir sekitar pukul 00.30 atau 01.00 dini hari, setelah itu dilanjut santap sahur karena sekitar pukul 02.30 adzan subuh sudah berkumandang," kata Navila.

Oleh karena itu, salah satu tantangan berpuasa di sini adalah mengatur jam tidur dan kegiatan lainnya di kampus. "Kebetulan saya masih harus menghadiri kelas yang dimulai pagi hingga sore hari. Selain itu saya harus mulai mengerjakan tesis yang akan dikumpulkan di bulan September nanti. Terkadang rasa lapar tiba-tiba datang karena harus berpikir keras, hehe. Namun di situlah seninya," lanjut dia.

Selain berpuasa, Navila merasa Allah juga memberikan mereka kesempatan untuk berdakwah melalui respon teman-teman internasionalnya yang belum banyak bersentuhan dengan kebiasaan Islam.

"Mereka dengan detail menanyakan bagaimana puasa itu, mengapa kami umat Islam harus berpuasa, hingga pertanyaan tentang berjilbab dan shalat. Saya merasa beruntung karena dengan begini, kami yang jauh dari lingkungan masyarakat muslim dapat turut menyampaikan bagaimana Islam yang sebenarnya terlepas dari berbagai isu yang beredar di dunia luar," katanya.(iss/ipg)



28 May 2016

Memrise: Free Language Learning Application and Website

Sekarang memang sudah sangat banyak aplikasi dan website yang bisa membantu kita untuk mempelajari bahasa asing. Salah satunya adalah Memrise.
Memrise adalah sebuah website yang menyediakan beragam pelajaran yang fokus pada kosa kata atau vocabulary dalam bahasa asing. Kosa kata yang ditawarkan pun beragam. Kita bisa memilih sesuai dengan kebutuhan kita. Misalnya saja kita ingin belajar kosa kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, atau ada level khusus yg ingin kita capai seperti C1 atau C2 dalam bahasa Inggris untuk level advance. Memrise juga tidak terbatas untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa belajar bahasa Jepang, Itali, Rusia, dan bahasa asing lainnya.
Tampilan Courses yang Ditawarkan Memrise













Disamping website, Memrise juga menawarkan aplikasi yang kompatibel dengan smartphone kamu. Dengan menggunakan aplikasi ini, kamu bisa mengatur berapa banyak kata yang ingin kamu pelajari dalam sehari, atau berapa lama kamu ingin belajar dalam sehari. Disamping itu, setiap harinya, kamu akan diminta untuk me-review kosa kata yang sudah kamu pelajari agar kamu benar-benar menguasainya. Dalam review ini, jika kalian melakukan kesalahan, Memrise akan segera mengingatkan kamu kembali akan kosa kata yang sudah kamu pelajari. Fitur lainnya yang cukup membantu adalah pronunciation. Memrise akan melafalkan kata yang kita pelajari, sehingga kita dapat belajar kosa kata dan bagaimana cara melafalkannya. Memrise merupakan aplikasi yang berbasis di Inggris, sehingga pronunciation yang digunakan berkiblat pada British English. Yang terpenting dan paling menyenangkan adalah aplikasi ini free :) Namun, jika kamu ingin mendapatkan fitur lengkapnya, kamu dapat melakukan pembayaran untuk mendapatkan akun Pro.
Simply go to www.memrise.com or download the app :)
Selamat belajar :)

7 May 2016

7 Situs Penyedia E-book GRATIS dan LEGAL



Berikut adalah 7 situs yang menyediakan beragam jenis e-book, mulai fiksi hingga akademis. Dan yang terpenting dari ketujuh situs ini adalah, semua e-book yang disediakan dapat kita dapatkan secara gratis namun tetap legal :) 

Project Gutenberg (http://www.gutenberg.org/)
Project Gutenberg adalah salah satu situs penyedia e-book gratis yang bisa didownload maupun dibaca online. Pada tahun 1971, Project Gutenberg memulai usahanya untuk menyediakan buku elektronik gratis untuk setiap orang. Situs ini berusaha untuk 'mendigitalisasikan' buku teks dengan bantuan para relawan yang juga memiliki tujuan yang sama. Situs ini juga tidak memungut biaya apapun, namun jika kita ingin memberikan donasi untuk memperkaya koleksi buku yang akan dibuat versi digitalnya. Tidak terbatas pada format text, Project Gutenberg juga berusaha untuk menyediakan buku dalam format lainnya seperti PDF, HTML, audiobook, hingga buku dalam CD dan DVD. Jika kita tertarik untuk menjadi salah satu relawan di situs ini, kita dapat membantu dengan berbagai cara, mulai dari menjadi proofreader, membantu proses burning CD untuk mereka yang tidak memiliki koneksi internet, dan lain sebagainya. 

Open Library (http://openlibrary.org/)
Sama seperti situs sebelumnya, Open Library juga menyediakan e-book gratis. Layaknya 'library' (perpustakaan), situs ini menyediakan fitur baca dan juga pinjam. Open Library juga bekerja sama dengan beberapa perpustakaan dunia untuk melengkapi koleksinya. Menariknya, kita juga dapat berkontribusi di situs ini dengan mendaftarkan perpustakaan kita. Selain itu, kesempatan untuk memberikan kontribusi berupa perbaikan kesalahan penulisan, penambahan koleksi buku dan penulisan widget juga dapat kita lakukan. Situs ini cenderung menyediakan literatur klasik yang merupakan sebagian besar koleksinya. 

Oapen Library (http://www.oapen.org/home
Oapen Library menyediakan e-book akademis yang sebagian besar berada di area ilmu sosial dan humanities. Walaupun sebagian besar koleksinya merupakan literatur ilmu sosial, Oapen Library juga menyediakan e-book di bidang lainnya seperti ekonomi, geografi, hukum, dan bidang keilmuan lainnya. 

Dari Judulnya, kita pasti beranggapan bahwa situs ini adalah situs yang disediakan oleh pemerintah, lembaga, atau badan lainnya di Aceh. Namun, faktanya, situs ini merupakan salah satu project University of Leiden untuk menyelamatkan literatur Aceh. Jadi, situs ini berisi buku-buku tentang Aceh yang ditulis dalam beberapa bahasa seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Aceh, Bahasa Inggris, Bahasa Belanda, dan juga dalam beberapa bahasa di negara Eropa lainnya. 

Situs ini menyediakan literatur Inggris klasik yang sebagian besar adalah cerita fiksi. Situs ini sangat cocok bagi para penggemar Mark Twain, Charles Dickens, Emily Bronte, Jack London dan beberapa penulis lainnya. Selain fiksi, situs ini juga menyediakan karya ilmiah klasik. 

Feedbooks merupakan salah satu situs yang cukup kaya akan literatur, baik itu fiksi maupun non fiksi. Situs ini menyediakan beragam tulisan bergenre cerita pendek, humor, sejarah, hingga travel. Semua buku sudah dikategorikan sehingga memudahkan pengunjungnya untuk memilih buku yang diinginkan. 

Situs ini berhubungan dengan situs Open Library dalam pengelolaannya. Situs ini juga menyediakan beragam literatur dengan cakupan bidang yang cukup luas. Di situs ini juga terdapat buku yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa seperti Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Jerman, Bahasa Arab, dan bahasa lainnya. 

Semoga bermanfaat :) 

1 May 2016

Ini tentang Traveling

Traveling memiliki makna melakukan perjalanan. Bisa jadi hal ini dilakukan untuk melepaskan segala tekanan yang didapatkan dari rutinitas dan tuntutan profesi. Selain itu, kita dapat melihat sesuatu yang baru. Entah itu budaya, bahasa, bangunan, pemandangan alam, bahkan makanan. Namun, apakah esensi travelling berhenti di situ? Sejatinya, manusia memang membutuhkan waktu khusus untuk me-recharge energi (physically and mentally), namun bukan melulu tentang itu. 

Saya ingin berbicara sedikit (agak banyak mungkin) tentang travelling. Awalnya, tujuan saya melakukan travelling memang sesederhana ingin menemukan hal baru, ingin melihat dunia luar, ingin melepaskan stress yang mungkin saya rasakan ketika itu. Namun, seiring dengan perjalanan yang telah saya lalui dan hal baru yang saya temui, saya pun sadar bahwa esensi travelling tidaklah sesederhana tujuan awal saya. 

Ya! Saya menemukan kebesaran Allah di setiap tempat yang saya kunjungi. Saya menemukan kebesaran Allah di setiap kejadian yang saya alami. Saya pun menyadari betapa manusia itu begitu kecil dan lemah di hadapan segala ciptaanNya. Gunung, samudera, hamparan gurun pasir, padang rumput yang hijau, hingga semburat cahaya senja di langitNya terasa sangat mengintimidasi dan di saat yang bersamaan membanjiri hati dengan rasa syukur. Ya, saya bersyukur karena diberi kesempatan untuk melihat belahan bumi yang mungkin belum pernah dilihat oleh sebagian besar orang terdekat saya. 

Ketika itu, saya pun teringat sebuah kutipan dari sahabat Rasulullah SWT, Ali bin Abi Thalib yang berbunyi, "Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia."
Kemudian terbesit beberapa pertanyaan, masihkah kita menggantungkan harapan pada manusia yang lemah ketika kita memiliki Allah yang Maha Kaya dan Maha Memberi sesuatu yang bahkan tak pernah kita pinta? Masihkah kita berharap pada manusia yang selalu lalai dan ingkar ketika kita memiliki Allah yang Maha Segalanya yang bahkan memberi kita kehidupan? Saat ini, cobalah pejamkan mata dan merenung, tak ada sesuatu Dzat di dunia ini yang memiliki kapasitas sebagai tempat bergantung, tempat berharap dan tempat bersandar selain Allah SWT.

Semoga perjalanan yang kita lakukan akan selalu mengingatkan kita akan kebesaranNya. :) 

22 Apr 2016

Mulai Kehilangan Bahasa Pertama? Mungkin Kamu Mengalami Language Attrition

Pernah gak sih terkadang kita merasa kehilangan 'native language' kita? Entah itu bahasa Indonesia atau bahasa daerah? Nah lho? Bisa gitu? 
Jawabannya bisa! 

Kalau di dalam dunia linguistik, proses berkurangnya penguasaan bahasa pertama/kedua kita ini sering disebut dengan istilah 'Language Attrition.' Language Attrition ini merupakan kebalikan dari proses pemerolehan bahasa yang seringkali disebut dengan Language Acquisition. Language Attrition ini sendiri dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah berkurangnya penggunaan bahasa pertama/kedua yang dimiliki. Pada tahap ini, bahasa baru yang lebih dominan akan menggantikan bahasa pertama/kedua yang telah kita miliki. Selain itu, faktor usia juga memiliki peran yang sangat penting. Semakin muda usia kita ketika mendapatkan 'bahasa baru,' semakin besar pula kesempatan tergantikannya bahasa pertama/kedua kita. 

Apa cuma faktor penggunaan dan usia saja? Ternyata tidak! Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kedua faktor tersebut, yaitu faktor lingkungan. Ketika kita tinggal di sebuah lingkungan baru yang sama sekali tidak menggunakan bahasa pertama/kedua kita, disitulah kesempatan 'menghilangnya kemampuan berbahasa' kita semakin besar. Semakin lama kita berada di lingkungan itu, semakin berkurang juga kemampuan berbahasa kita. Namun, ketika kita sudah cukup dewasa saat ditempatkan di sebuah tempat baru untuk waktu yang lama, kita akan lebih mudah mendapatkan bahasa pertama/kedua kita kembali saat kita kembali berinteraksi atau berada dalam lingkungan di mana bahasa pertama/kedua kita digunakan. Memori bawah sadar kita akan dengan mudahnya terpicu dengan stimulus yang didapatkan.

Well, sebenarnya, ada sisi positif dan negatif dari fenomena ini. Pertama, kita akan dengan mudahnya acquire bahasa asing hingga ke level native-like. Namun, ada beberapa kasus di mana kita benar-benar kehilangan kemampuan berbahasa kita (bahasa pertama/kedua) sehingga kedudukan bahasa pertama kita tergantikan dengan bahasa asing dan bahasa pertama kita yang kemudian menjadi bahasa asing bagi kita. Bingung? Sama!
Intinya, manusia sebenarnya mampu menguasai antara 3 hingga 5 bahasa sekaligus jika input yang didapatkan sudah sangat memadai. Bagi teman-teman yang memiliki anak usia balita, sangat mudah untuk memaksimalkan pemerolehan bahasa mereka semenjak dini dengan jumlah input yang cukup :) 

5 Apr 2016

Edensor

Edensor, dilafalkan sebagai /'ɛnzə:/ ~ enzer (dengan r samar) adalah sebuah desa di kawasan Derbyshire, Inggris. Desa kecil ini berlokasi di kawasan the Chatsworth House yang merupakan hunian dari the Cavendish Family sejak tahun 1549. Bagi orang Indonesia, Edensor sangatlah familiar dan dikenal melalui buku karya Andrea Hirata yang mengangkat nama desa ini sebagai judulnya. Namun ternyata, hampir sebagian besar masyarakat Inggris tidak mengetahui atau bahkan pernah mendengar tentang desa ini. Jujur, saya sendiri belum sempat membaca Edensor, namun saya cukup penasaran dengan desa ini. Beberapa hari lalu, dengan bermodalkan GPS dan rute bus yg disediakan di kota Sheffield, saya pun bertolak ke daerah Peak District di mana Edensor ini berada. Memang, lokasi desa ini sangat dekat dengan the Chatsworth House yang merupakan tujuan utama para turis. Saya pun menjelajah the Chatsworth House terlebih dahulu (walaupun tidak sampai masuk karena tiket masuknya yang sangat mahal :p ). Setelah itu, saya menuju ke Edensor dan mencari tempat-tempat iconic yang dijadikan ilustrasi latar dari cover buku Edensor. Saya pun menemukan sebuah gereja dan jembatan yang menjadi latar dalam cover buku tersebut. Kesan suram yang terdapat dalam cover buku itu sama sekali tidak tercerminkan pada kondisi Edensor yang sebenarnya (mungkin karena memang kesan itu yang ingin dimunculkan oleh Andrea Hirata). Edensor merupakan desa kecil yang sangat hijau dengan beberapa rumah yang bagi saya bentuknya lucu-lucu :D. Banyak domba berkeliaran di padang rumput sekitarnya, juga terdapat sungai yang jernih yang secara tidak langsung menjadi pembatas antara desa Edensor dengan the Chatsworth House. Beruntung hari itu cuaca di Edensor sangatlah cerah dan hangat sehingga pemandangan yang ditawarkan pun semakin memikat :). Setelah membaca sedikit sinopsis dari buku Edensor, saya pun mendapat gambaran bahwa buku ini bercerita tentang perjalanan seorang anak dan kawannya yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Eropa. Saya pun berinisiatif untuk mengambil gambar ini dan berharap agar dapat memberikan semangat kepada teman-teman di bawah naungan almamater yang sama untuk selalu berani bermimpi dan berusaha untuk mewujudkannya :)
Semoga hadiah atau oleh-oleh kecil dari saya ini mampu sedikit memicu semangat teman-teman semua untuk berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan jenjang pendidikan yang dijalani saat ini dan mewujudkan segala mimpi yang dimiliki.
Sedikit kutipan dari buku Edensor, "Pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda."
Teruslah berusaha karena kita tak pernah tahu sejauh apa usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita :)
Tak ada usaha yang luput dari pandangan Allah dan tak ada doa yang luput dari pendengaranNya.
Salam,
Navila Roslidah

Alumna Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, Universitas Negeri Surabaya

2 Apr 2016

What is it like to be a Muslim in Britain today?

Article published in PPI Southampton

Assalamu'alaikum :)
Many people asked me to share a story about being a Muslim in Britain. Is it hard to do salah (praying)? Is it hard to find and eat halal food? What about the local culture?
Well, the answer is both hard and easy :)

Salah
Being asked about the praying matter, I can only say that it depends on individuals since it has something to do with our desire to do it or not, lol. When there is no will to do it, we will easily say: it is really hard to do! Several months ago, in September to be exact, I arrived in England to continue my study. Of course, at the beginning, I was confused where the Qibla direction is. The first attempt that I did was installing some mobile apps that can show me the direction. At that time, I tried to combine several apps to make sure that I face the right direction when I’m praying. Okay, it is easy to do praying at home since I can perform wudu (a ritual of washing (ablution) several parts of our body before praying) well and have a proper place to pray. However, it becomes really hard to do it outside (since I was a newcomer at that time). In the first week, due to an outside activity, I did my prayer on the riverside park with my coat as a mat because I didn’t know more proper place to do it around that area (Muslim needs to do prayer 5 times a day and there is also the prescribed times to do it Fajr—near dawn, Zuhr—just after midday, Asr—late afternoon, Maghrib—just after sunset, and Isha—after dark). I did wudu with a bottle of still water that I brought, fortunately I brought my prayer clothes. The week after, I finally found several mosques around city centre. Alhamdulillah :)
In campus, I can do prayer in a more than decent Muslim prayer room. We, Muslim, are well-facilitated by our campus so that it is really easy to pray even we still has a lecture. Sometimes, I just leave the class for a moment to do it in the prayer room because in winter, we don’t have much time since the daytime is shorter :) but in summer, we have a longer daytime which is really convenient to wait until the class is over. Well, I can say that where there’s a will there’s a way, InsyaAllah :)

Halal Food
Southampton is one of the cities around UK that has less halal food (compared to other big cities with more Muslim population). However, that is not the reason to prevent me to find halal food :) Before coming here, I have thought about it and prepared some canned sardines from Indonesia and in my first week in the UK, I bought and ate fruits and fish only lol. After being accustomed to the transportation here, I started to visit several places around campus and city centre. Alhamdulillah, I found halal Turkish restaurant near campus and some other halal restaurants :) Okay, I found some restaurants yet I still want to make my own meal :p As recommended by my previous lecturer who has been in the UK before me, I went to a supermarket that provides halal meat as well, and found it! Halal meat and chicken! There is one special section for halal stuff in supermarket, alhamdulillah :) once more, where there’s a will there’s a way :)

Local Culture
Well, I’m a student in a multicultural classroom. The way we interact and socialize, of course, is defferent. After several weeks of our study, some of my local friends asked the member of the class to chill out in the university pub. The time suggested was also really late in the evening. I can turn down the first invitation (sorry about it guys :p) but I couldn’t bring myself to do it when another one is coming :D so, I tried to explain my condition about being a Muslim :) I am forbidden to drink alcohol and any food contains it. Besides that, I am only allowed to eat halal food (no pork! For other kinds of meat are allowed if halal-slaughtered) :) Fortunately, my friends are really considerate and the next time we are going out, we always choose the convenient time for everyone, and of course, convenient restaurant with halal food or vegetarian meals. Once more! We only need to try :) It is easy or not is just a matter of our will and effort. The good thing about being Muslim in UK, for me, I began to realize that while in Indonesia I was too careless. I feel secure and comfortable with everything supplied, especially food, without having further consideration about the food I consumed, is it halal or not? Are those chicken or beef sold in the market are halal (halal-slaughtered)? Well, I don’t know :( Here, in the UK, I need to be more careful before buying food, even for chocolate, I need to look at the ingredients first. Thanks MUI (Indonesia's top Muslim clerical body) who always try to make sure that Indonesian people eat halal food. I hope that the examination for food and any other things in Indonesia is done regularly so that it can help as on the assurance of halal food we eat :)

Wallahu a’lam bishawab


10 Mar 2016

Bagaimana sih Rasanya jadi seorang Muslim di Inggris?


Assalamu'alaikum :) 

Banyak banget yang tanya bagaimana sih rasanya jadi seorang Muslim di Inggris? Susah gak menjaga sholatnya? Susah gak makan makanan halal? Susah gak untuk menghindari pengaruh sosial yang tidak islami? 
Well, jawabannya susah susah gampang :D 

Menjaga Sholat
Kalau ditanya susah gak menjaga sholat? Masalah menjaga sholat sebenarnya bergantung pada pribadi masing-masing karena itu berhubungan dengan faktor keinginan hehe. Ketika tidak ada keinginan untuk menjaga sholat, sudah pasti akan langsung menjawab: susah! 
Beberapa bulan lalu, tepatnya bulan September, saya tiba di Inggris untuk melanjutkan studi. Memang, pada awalnya, saya saja bingung ini sholat menghadap ke mana karena tidak ada petunjuk arah kiblat, usaha pertama yang dilakukan ya menggunakan aplikasi yang dapat membantu menunjukkan arah kiblat, saat itu saya mengombinasikan beberapa aplikasi untuk make sure kalo arah yang saya tuju memang benar. Oke, kalau posisi di rumah mungkin lebih gampang untuk sholat, nah kalo diluar? Di minggu pertama tiba, saya sempat sholat di riverside park dengan alas jaket dan wudhu dengan sebotol air mineral yang saya bawa (saya juga kebetulan bawa mukenah waktu itu) karena sama sekali clueless di mana tempat sholat yang proper. Di minggu-minggu selanjutnya akhirnya saya menemukan lokasi-lokasi masjid yang bisa saya kunjungi di sekitar city centre. Alhamdulillah :) 
Untuk di kampus, sudah disediakan dan difasilitasi dengan sangat baik, jadi sangat mudah kalau sedang ada kelas, terkadang keluar sebentar untuk sholat karena waktu sholat yang agak mepet dan bertabrakan dengan jadwal kuliah. Selama mau usaha, insyaAllah ada jalan dan mudah! :) 

Makanan Halal

Untuk makanan halal, Southampton (daerah tempat saya tinggal) termasuk tempat yang sangat jarang makanan halalnya dibandingkan kota-kota lain di Inggris. Namun, bukan berarti gak usaha juga buat nyari yang halal kan :D Karena sudah kepikiran masalah ini, saya sudah bersiap membawa beberapa kaleng sarden dari Indonesia dan beli hanya buah dan ikan di Inggris lol. Setelah mulai terbiasa dengan transportasi dsb, saya pun mulai mengunjungi beberapa tempat, alhamdulillah di dekat kampus ada restaurant Turki halal juga beberapa restaurant halal lainnya. Oke, restaurant sudah, tapi masa iya makan itu terus? Pengen masak juga sih. Sesuai rekomendasi dari ibu dosen saya yang lebih dulu ke UK, katanya supermarket di UK menyediakan daging dan ayam halal juga kok, ada sectionnya sendiri :) Berangkatlah saya dan ketemu! Eh, ternyata di daerah city centre juga ada satu jalan yang dipenuhi dengan toko penyedia bahan makanan halal, bahagia kuadrat judulnya :D Sekali lagi, yang penting usaha nyari! haha


Pengaruh Sosial
Yang namanya kuliah, pasti donk kita punya teman sekelas, yang juga beragam. Karena kampusnya internasional, mahasiswanya juga multikultural. Cara mereka bersosialisasi pun berbeda. Beberapa minggu setelah perkuliahan, beberapa teman lokal melontarkan ajakan pada teman sekelas untuk nongkrong supaya lebih kenal. Waktu yang diusulkan pun cenderung malam dan ngajaknya ke pub pula haha. Pertama, bisa sih ditolak, karena 'sungkan' saya pun menolak dengan alasan entah apa waktu itu --" Ajakan selanjutnya, saya mulai mengajukan penawaran dan menjelaskan kondisi saya di mana saya tidak diperbolehkan untuk minum alkohol, eh ternyata mereka mudah mengerti, tau gitu dari awal dibilangin aja. Akhirnya selanjutnya mereka lebih memikirkan kebutuhan kita, mulai dari segi waktu juga makanan halal atau vegetarian yang disediakan hehe. Sekali lagi, usaha! 

Masalah gampang atau egak sebenernya bergantung usaha dan niat kita aja. Justru semenjak tinggal di sini saya mulai sadar kalau selama di Indonesia saya terlalu ceroboh dan merasa aman juga nyaman dengan segala yang disediakan. Tanpa bingung memikirkan halal tidaknya makanan yang saya konsumsi. Apa iya itu ayam atau sapi yang dijual di pasar halal semua (disembelih sesuai dengan aturan Islam)? Duh, entah :( Di sini mau beli cokelat aja pake diperiksa ingredients nya (sangat lebih berhati-hati). Terima kasih MUI yang sudah berusaha memeriksa segala sesuatu untuk masyarakat Indonesia. Semoga saja pemeriksaan yang dilakukan benar-benar berkala dan benar-benar membantu kami atas terjaminnya makanan halal yang masuk ke tubuh kami.
Wallahu a'lam bishawab

20 Feb 2016

Belanja Ala Indonesia (Southampton)

Article published in PPI Southampton

Helloooooo, gimana nih rasanya tinggal di Inggris? Udah ngimpi-ngimpiin Indonesia belom? Haha
Sabar yaa, gak susah kok buat adaptasi di sini. Awalnya sih memang susah, tapi kita-kita yang udah beberapa bulan tinggal di sini akhirnya bisa bertahan hidup juga. >.<
Jadi, tulisan kali ini bakalan fokus ke di mana kita bisa dapetin bahan makanan “ALA INDONESIA” di Inggris, khususnya Southampton, yang notabene menyajikan makanan dengan bumbu yang minimalis dan bahan yang cukup normal. Bukan berarti orang Indonesia makannya gak normal yaa, cuman kita terlalu kreatif aja sampe bahan makanan yang di sini bakalan ‘dibuang’ bisa kita olah jadi makanan yang super enak dan Indonesia banget!!!
Oke, kita mulai bikin list yaa, bahan makanan yang populer dan dibutuhin banget sama masyarakat Indonesia. Mulai dari yang biasa sampe luar biasa!

REMPAH DAN BUMBU

Cabe
Di UK, cabe ini komoditi yang agak susah-susah gampang untuk dipilih, dipilih yaa, bukan dicari. Berdasarkan pengalaman pribadi, sempet coba-coba beberapa jenis cabe yang tersedia di minimarket dan supermarket di sini, alhasil, masakannya agak sedikit lucu. Pedes sih, Cuma jadinya gak sedep, ada pait-paitnya gitu, lol. Dan akhirnya, ketemulah cabe yang cocok sama lidah orang Indonesia, namanya birds eye chili atau Thai red chili. Harganya memang lebih mahal daripada cabe yang lain, kalo penggemar makanan pedes yang sedep sih ya apa boleh buat, beli aja. Cabe ini bisa dibeli di International Food (Portswood), Sainsbury’s, dan Burgess Store.

Terasi
Nah lhoooo. Cabenya udah, kalo gak ada terasi, gak bisa bikin sambel yang nendang donk. Terasi ini sebenernya bisa dibeli di Burgess Store dan International Food. Mungkin agak beda, tapi gak beda jauh kok, bisa dibilang mirip, jadi gak usah kuatir kesulitan nyari terasi di sini. Maafkan karena saya lupa merek terasinya, ada kata belacan nya aja pokoknya. Bisa tanya ke petugas di toko kok

Bawang Merah
Mungkin selama ini kita kenalnya bawang putih itu garlic, bawang merah itu segolongan sama bawang Bombay yang disebut onion. Tapi kalo nyarinya onion, di sini dapatnya ya bawang Bombay, entah yang Bombay biasa atau Bombay merah. Rasanya? Jelas beda sama bawang merah yang biasa kita pake di Indonesia. Sekali lagi, gak perlu kuatir kesulitan nyari bawang merah kita, di sini namanya shallot. Memang harganya jauh lebih mahal dari onion, sekitar 4 – 5 pounds sekilo, tapi sesekali boleh lah beli yang ini. 

Rempah
Jahe (ginger), kunyit (turmeric), lengkuas (galangal), pala (nutmeg), daun salam (bay leaf), daun jeruk (lime leaf), serai (lemongrass) dkk bisa ditemukan di St Mary’s, International Food dan Burgess Store. Selama ini sih kalo nyari yang segar bisa ke St Mary’s, kalo yang udah bubuk, dalam kemasan dan frozen bisa dibeli di International Food dan Burgess Store. Cuma sampai sekarang belum sempet ketemu sama kencur.

TEMPE DAN TAHU
Bahan untuk buat sambel sudah lengkap, sekarang tinggal lauknya. Tempe dan tahu memang lauk yang paling klop sama sambel terasi, sambel bawang, dan sambel lainnya  Tahu dan tempe bisa dibeli di Burgess Store juga, tempenya frozen sih, kalo mau yang gak frozen, biasanya ada kok anggota PPI yang bisa buat, tapi musiman, jadi selamat menanti dan semoga beruntung. Di Burgess Store ada macam-macam tahu, biasanya tahu yang namanya Tau Kwa (kalau gak salah spelling) yang enak, atau bisa pilih merek lain yang menjelaskan kalau itu firm tofu. Karena susahnya memproduksi tahu dan tempe di sini, kita gak bisaexpect harga tahu dan tempe itu murah yaa

JEROAN
Ampela, hati, babat, lidah (lidah termasuk jeroan gak ya?) ada juga kok di Southampton. Sekali lagi, sepanjang jalan St. Mary’s banyak sekali toko yang menjual daging halal beserta jeroannya. Jeroan ini harganya terjangkau kok, gak mahal, lebih mahal cabe dan bawang merah haha. Selain di St. Mary’s, International Food juga menyediakan jeroan kok.

KEPALA DAN KIKIL
Tiba juga kita di bahan makanan yang agak ekstrim, bahkan gak semua orang Indonesia doyan makan ini. Kepala kambing dan kikilnya (kaki). Sekedar info, krecek/cecek itu beda yaa sama kikil. Nah, kepala dan kikil ini juga bisa didapatkan di St. Mary’s 

BONUS

Indomie
Bonus yaaa, kenapa bonus? Karena Indomie bukan termasuk bahan makanan, tapi makanan pokok bin wajibnya orang Indonesia *eh haha. Indomie gampang didapatkan kok, tapi, setelah melakukan perbandingan atas beberapa Indomie yang dibeli di beberapa tempat berbeda, akhirnya diputuskan bahwa rasa Indomie yang mendekati Indonesia banget itu yang bisa dibeli di Burgess Store. Tapi, tetep, Indomie di sini gak punya saus sambal merah kayak di Indonesia. Walaupun kurang nendang, paling tidak bisa ngobatin kangen sama msg yang terkandung di dalamnya.

Milo
Setelah satu semester tinggal di sini, akhirnya ketemu juga ini Milo. Siapa tahu ada yang butuh dan doyan banget sama milo *kayak saya* semoga info ini membantu. Milo bisa dibeli di toko Global yang ada di St Mary’s road juga. Terakhir beli, untuk 500g milo, harganya hampir 5 pounds hehe.

Beras Pulen
Info tambahan juga untuk beras J Bagi yang gak bisa makan nasi pero/pera bisa memilih Thai Jasmine Rice, beras ini pulen kok. Beberapa merek yang sudah pernah saya coba itu Royal Umbrella, Dragon, satu lagi lupa (Cuma ingat bungkusnya warna biru). Kesimpulannya, sampai saat ini, Royal Umbrella masih yang paling oke menurut saya.

Cobek dan Uleg-uleg
Walaupun judulnya cuma bahan makanan, sekalian deh peralatannya. Sebenernya, bukan uleg-uleg atau cobek yang normal dipakai di Indonesia, tapi cukup bermanfaat dan bisa menggantikan fungsi cobek untuk nyambel, hehe. Cobek dan uleg-uleg ini namanya Mortar, bisa dibeli di IKEA dengan harga 10 pounds J

Info detail untuk toko dan alamatnya
Burgess Store             : 210 Burgess Rd, Southampton SO16 3AY
International Food    : 168-174 Portswood Rd · 023 8067 1177
St. Mary’s Road         : Pada dasarnya, ini nama jalan di mana banyak toko daging halal di sepanjang jalan ini, tapi biasanya, Global Food and Halal Meat Centre yang biasa dikunjungi beralamat di 55-56 St Mary’s Pl, City Centre, Southampton SO14 0BH
IKEA                           : W Quay Rd, Southampton SO15 1GY
So, hidup di Inggris gak se-horor yang dibayangkan kok. Gak susah buat adaptasi dengan orang-orangnya, budayanya, makanannya (apalagi kalo sering bikin makanan sendiri, gak berasa di Inggris, lol). Yang agak susah buat kita mungkin beradaptasi dengan cuacanya yang super duper galau. Jadi, kesimpulannya, gak perlu bawa beban terlalu berat untuk membawa rempah dan bahan dari Indonesia untuk keperluan selama studi di sini (1-4 tahun) karena beban belajar dan beban hidup kita sudah berat hahaha.


CHEERS!

31 Jan 2016

Chefchaouen, The Blue City

Chefchaouen pronounced as /ʃəfˈʃɑˑwən/ ~ shefshawen is a blue city located in Morocco, Africa. It is called as The Blue City due to its all blue-painted houses, doors, even the road and stairs. At first, I got a glimpse of Santorini, lol, since the arrangement of the building looks alike. 
It is said that the blue colour has something to do with the Jewish history and Spanish refugee. This city is surrounded by mountain so that the weather is quite nice! I went there in winter yet it's not too cold (compared to UK). The thing that makes me really happy is the foods and drinks here are really cheap! I can have a glass of FRESH orange juice which is squeezed right in front of my eyes and I can tell for sure there is no sugar added in to my juice! Can't get enough of it! 
This place is good for photography. It is a unique all-blue place. An old city with its history. Good view from the top of the hill. Just be careful, better find someone who knows this place well to accompany you. This place is like a maze, lol, and not all of the people here speak English. It will be really helpful if you can speak Arabic or French :) 
Ah, one more thing, Indonesian passport holders don't need any visa to enter Morocco which is NICE! :) 


29 Jan 2016

Gurun Sahara: Dimana KeagunganMu Berbicara

Ketika semua sirna dan tak ada satupun yang tersisa, tak ada seorangpun yang bertahan di sekitarmu, mereka semua berpaling darimu, sadarkah kau hanya Allah yang senantiasa mencegahmu dari rasa sepi akibat kesendirian? 
Ketika semua yang berada di sampingmu, di dekatmu, di sekelilingmu perlahan menjauh, sadarkah kau hanya Allah yang selalu dekat, begitu dekat?
Ketika pekikanmu tak lagi didengar, sadarkah kau hanya Allah yang senantiasa mendengar apapun yang kau keluhkan?
Jika kita mau berhenti sejenak dan memperhatikan sekitar kita, mungkin kita kan tersadar bahwa tak ada satupun yang bertahan di sekitar kita kecuali Allah, Dzat Maha Agung.
Sadari, ketika dihadapkan dengan kebesaran Allah, manusia hanyalah makhluk kecil yang bahkan tak mampu berdiri di atas kakinya sendiri tanpa ijin dariNya. 

Dihadapkan dengan hamparan luas Gurun Sahara membuat hati ini tiba-tiba tertegun dan merasa diri ini sangatlah kecil. Tak pernah terbayangkan sebelumnya dapat mengunjungi salah satu ciptaan Allah yang Maha Agung. Saat itu, saya mengunjungi Gurun Sahara di musim dingin, memang suhunya tidak serendah di UK, tapi untuk malam harinya tetap saja butuh selimut tebal. Pengalaman menaiki unta dan bermalam di tengah gurun merupakan hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Seketika saat itu juga saya berpikir bagaimana Rasulullah dan para sahabat menapaki gurun dan mengendarai unta yang sangat lama (menurut saya) dan juga tidur di tengah gurun yang beratapkan langit dengan ribuan bintang. Indah memang, tapi sedikit mencekam. Entah mengapa, keindahan itu sekaligus terasa mengintimidasi. 

Di tengah gurun itu, kami dibantu oleh para nomad untuk menyiapkan masakan. Tidak ada listrik ataupun koneksi internet. Buang air pun harus benar-benar 'alami' sekali. Saat itu kami pun menghabiskan malam dengan mengelilingi api unggun dan bercengkrama. Indah memang, menyenangkan! Namun, mungkin tidak ada kata di lain waktu untuk berkunjung ke sini :D 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons