22 Apr 2016

Mulai Kehilangan Bahasa Pertama? Mungkin Kamu Mengalami Language Attrition

Pernah gak sih terkadang kita merasa kehilangan 'native language' kita? Entah itu bahasa Indonesia atau bahasa daerah? Nah lho? Bisa gitu? 
Jawabannya bisa! 

Kalau di dalam dunia linguistik, proses berkurangnya penguasaan bahasa pertama/kedua kita ini sering disebut dengan istilah 'Language Attrition.' Language Attrition ini merupakan kebalikan dari proses pemerolehan bahasa yang seringkali disebut dengan Language Acquisition. Language Attrition ini sendiri dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah berkurangnya penggunaan bahasa pertama/kedua yang dimiliki. Pada tahap ini, bahasa baru yang lebih dominan akan menggantikan bahasa pertama/kedua yang telah kita miliki. Selain itu, faktor usia juga memiliki peran yang sangat penting. Semakin muda usia kita ketika mendapatkan 'bahasa baru,' semakin besar pula kesempatan tergantikannya bahasa pertama/kedua kita. 

Apa cuma faktor penggunaan dan usia saja? Ternyata tidak! Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kedua faktor tersebut, yaitu faktor lingkungan. Ketika kita tinggal di sebuah lingkungan baru yang sama sekali tidak menggunakan bahasa pertama/kedua kita, disitulah kesempatan 'menghilangnya kemampuan berbahasa' kita semakin besar. Semakin lama kita berada di lingkungan itu, semakin berkurang juga kemampuan berbahasa kita. Namun, ketika kita sudah cukup dewasa saat ditempatkan di sebuah tempat baru untuk waktu yang lama, kita akan lebih mudah mendapatkan bahasa pertama/kedua kita kembali saat kita kembali berinteraksi atau berada dalam lingkungan di mana bahasa pertama/kedua kita digunakan. Memori bawah sadar kita akan dengan mudahnya terpicu dengan stimulus yang didapatkan.

Well, sebenarnya, ada sisi positif dan negatif dari fenomena ini. Pertama, kita akan dengan mudahnya acquire bahasa asing hingga ke level native-like. Namun, ada beberapa kasus di mana kita benar-benar kehilangan kemampuan berbahasa kita (bahasa pertama/kedua) sehingga kedudukan bahasa pertama kita tergantikan dengan bahasa asing dan bahasa pertama kita yang kemudian menjadi bahasa asing bagi kita. Bingung? Sama!
Intinya, manusia sebenarnya mampu menguasai antara 3 hingga 5 bahasa sekaligus jika input yang didapatkan sudah sangat memadai. Bagi teman-teman yang memiliki anak usia balita, sangat mudah untuk memaksimalkan pemerolehan bahasa mereka semenjak dini dengan jumlah input yang cukup :) 

5 Apr 2016

Edensor

Edensor, dilafalkan sebagai /'ɛnzə:/ ~ enzer (dengan r samar) adalah sebuah desa di kawasan Derbyshire, Inggris. Desa kecil ini berlokasi di kawasan the Chatsworth House yang merupakan hunian dari the Cavendish Family sejak tahun 1549. Bagi orang Indonesia, Edensor sangatlah familiar dan dikenal melalui buku karya Andrea Hirata yang mengangkat nama desa ini sebagai judulnya. Namun ternyata, hampir sebagian besar masyarakat Inggris tidak mengetahui atau bahkan pernah mendengar tentang desa ini. Jujur, saya sendiri belum sempat membaca Edensor, namun saya cukup penasaran dengan desa ini. Beberapa hari lalu, dengan bermodalkan GPS dan rute bus yg disediakan di kota Sheffield, saya pun bertolak ke daerah Peak District di mana Edensor ini berada. Memang, lokasi desa ini sangat dekat dengan the Chatsworth House yang merupakan tujuan utama para turis. Saya pun menjelajah the Chatsworth House terlebih dahulu (walaupun tidak sampai masuk karena tiket masuknya yang sangat mahal :p ). Setelah itu, saya menuju ke Edensor dan mencari tempat-tempat iconic yang dijadikan ilustrasi latar dari cover buku Edensor. Saya pun menemukan sebuah gereja dan jembatan yang menjadi latar dalam cover buku tersebut. Kesan suram yang terdapat dalam cover buku itu sama sekali tidak tercerminkan pada kondisi Edensor yang sebenarnya (mungkin karena memang kesan itu yang ingin dimunculkan oleh Andrea Hirata). Edensor merupakan desa kecil yang sangat hijau dengan beberapa rumah yang bagi saya bentuknya lucu-lucu :D. Banyak domba berkeliaran di padang rumput sekitarnya, juga terdapat sungai yang jernih yang secara tidak langsung menjadi pembatas antara desa Edensor dengan the Chatsworth House. Beruntung hari itu cuaca di Edensor sangatlah cerah dan hangat sehingga pemandangan yang ditawarkan pun semakin memikat :). Setelah membaca sedikit sinopsis dari buku Edensor, saya pun mendapat gambaran bahwa buku ini bercerita tentang perjalanan seorang anak dan kawannya yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Eropa. Saya pun berinisiatif untuk mengambil gambar ini dan berharap agar dapat memberikan semangat kepada teman-teman di bawah naungan almamater yang sama untuk selalu berani bermimpi dan berusaha untuk mewujudkannya :)
Semoga hadiah atau oleh-oleh kecil dari saya ini mampu sedikit memicu semangat teman-teman semua untuk berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan jenjang pendidikan yang dijalani saat ini dan mewujudkan segala mimpi yang dimiliki.
Sedikit kutipan dari buku Edensor, "Pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda."
Teruslah berusaha karena kita tak pernah tahu sejauh apa usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita :)
Tak ada usaha yang luput dari pandangan Allah dan tak ada doa yang luput dari pendengaranNya.
Salam,
Navila Roslidah

Alumna Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, Universitas Negeri Surabaya

2 Apr 2016

What is it like to be a Muslim in Britain today?

Article published in PPI Southampton

Assalamu'alaikum :)
Many people asked me to share a story about being a Muslim in Britain. Is it hard to do salah (praying)? Is it hard to find and eat halal food? What about the local culture?
Well, the answer is both hard and easy :)

Salah
Being asked about the praying matter, I can only say that it depends on individuals since it has something to do with our desire to do it or not, lol. When there is no will to do it, we will easily say: it is really hard to do! Several months ago, in September to be exact, I arrived in England to continue my study. Of course, at the beginning, I was confused where the Qibla direction is. The first attempt that I did was installing some mobile apps that can show me the direction. At that time, I tried to combine several apps to make sure that I face the right direction when I’m praying. Okay, it is easy to do praying at home since I can perform wudu (a ritual of washing (ablution) several parts of our body before praying) well and have a proper place to pray. However, it becomes really hard to do it outside (since I was a newcomer at that time). In the first week, due to an outside activity, I did my prayer on the riverside park with my coat as a mat because I didn’t know more proper place to do it around that area (Muslim needs to do prayer 5 times a day and there is also the prescribed times to do it Fajr—near dawn, Zuhr—just after midday, Asr—late afternoon, Maghrib—just after sunset, and Isha—after dark). I did wudu with a bottle of still water that I brought, fortunately I brought my prayer clothes. The week after, I finally found several mosques around city centre. Alhamdulillah :)
In campus, I can do prayer in a more than decent Muslim prayer room. We, Muslim, are well-facilitated by our campus so that it is really easy to pray even we still has a lecture. Sometimes, I just leave the class for a moment to do it in the prayer room because in winter, we don’t have much time since the daytime is shorter :) but in summer, we have a longer daytime which is really convenient to wait until the class is over. Well, I can say that where there’s a will there’s a way, InsyaAllah :)

Halal Food
Southampton is one of the cities around UK that has less halal food (compared to other big cities with more Muslim population). However, that is not the reason to prevent me to find halal food :) Before coming here, I have thought about it and prepared some canned sardines from Indonesia and in my first week in the UK, I bought and ate fruits and fish only lol. After being accustomed to the transportation here, I started to visit several places around campus and city centre. Alhamdulillah, I found halal Turkish restaurant near campus and some other halal restaurants :) Okay, I found some restaurants yet I still want to make my own meal :p As recommended by my previous lecturer who has been in the UK before me, I went to a supermarket that provides halal meat as well, and found it! Halal meat and chicken! There is one special section for halal stuff in supermarket, alhamdulillah :) once more, where there’s a will there’s a way :)

Local Culture
Well, I’m a student in a multicultural classroom. The way we interact and socialize, of course, is defferent. After several weeks of our study, some of my local friends asked the member of the class to chill out in the university pub. The time suggested was also really late in the evening. I can turn down the first invitation (sorry about it guys :p) but I couldn’t bring myself to do it when another one is coming :D so, I tried to explain my condition about being a Muslim :) I am forbidden to drink alcohol and any food contains it. Besides that, I am only allowed to eat halal food (no pork! For other kinds of meat are allowed if halal-slaughtered) :) Fortunately, my friends are really considerate and the next time we are going out, we always choose the convenient time for everyone, and of course, convenient restaurant with halal food or vegetarian meals. Once more! We only need to try :) It is easy or not is just a matter of our will and effort. The good thing about being Muslim in UK, for me, I began to realize that while in Indonesia I was too careless. I feel secure and comfortable with everything supplied, especially food, without having further consideration about the food I consumed, is it halal or not? Are those chicken or beef sold in the market are halal (halal-slaughtered)? Well, I don’t know :( Here, in the UK, I need to be more careful before buying food, even for chocolate, I need to look at the ingredients first. Thanks MUI (Indonesia's top Muslim clerical body) who always try to make sure that Indonesian people eat halal food. I hope that the examination for food and any other things in Indonesia is done regularly so that it can help as on the assurance of halal food we eat :)

Wallahu a’lam bishawab


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons